Tangerang Selatan – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan vaksin malaria pertama di dunia pada Rabu (6/10). GlaxoSmithKline mengembangkan vaksin yang dikenal sebagai Mosquirixini pada tahun 1987.
WHO memutuskan untuk merekomendasikan vaksin malaria ini berdasarkan hasil dari penelitian yang sedang berlangsung di Ghana, Kenya dan Malawi. Setelah memantau pemberian vaksin terhadap lebih dari 800.000 anak sejak 2019.
“Vaksin malaria yang telah lama ditunggu-tunggu ini merupakan terobosan untuk ilmu pengetahuan, kesehatan anak, dan pengendalian malaria,” ungkap Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Selain dapat mencegah tertular malaria, vaksin juga dapat menyelamatkan puluhan ribu jiwa setiap tahun.
WHO mencatat lebih dari 200 juta kasus dan 400.000 kematian akibat malaria setiap tahunnya. Dua pertiga dari kematian itu terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun di Afrika. “Kami telah membuat kemajuan luar biasa dalam memerangi malaria dalam dua dekade terakhir,” kata Dr Tedros.
Menanti Rekomendasi Vaksin Malaria di Indonesia…
Kehadiran vaksin malaria ini tentunya dapat membantu pengendalian penyakit tersebut di Indonesia. Menurut epidemiologi, malaria berpotensi jadi penyakit endemis di daerah tropis.
Mengacu data Kementerian Kesehatan, kasus positif malaria di Indonesia mengalami penurunan sebesar 235,7 ribu kasus per 2020. Jumlah kasus ini berkurang sebesar 50 persen dibandingkan pada 2010 yang mencapai 465,7 ribu.
Berbagai upaya pencegahan dilakukan sebelum kehadiran vaksin malaria, seperti mengenalkan penggunaan kelambu di tempat tidur. Termasuk menerapkan dalam pola keseharian tidak menggantung pakaian bekas di ruangan atau kamar.
Upaya masyarakat memasang kawat kasa di rumah, memakai obat anti nyamuk, serta menebarkan ikan pemakan jentik di kolam-kolam sekitar rumah. Membersihkan tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk.
Setidaknya, kehadiran vaksin dapat menambah upaya masyarakat dan pemerintah dalam mencegah kematian akibat penyakit malaria. Indonesia melalui Kementerian Kesehatan masih menunggu rekomendasi WHO untuk penggunaan vaksin ini. Mengingat, rekomendasi WHO ini baru dikeluarkan untuk wilayah Afrika.