JAKARTA, Spot19 – Menyantap makanan yang hangat memang lebih nikmat dibandingkan jika sudah dingin. Tetapi ada beberapa makanan yang tidak boleh dilakukan pemanasan berulang karena nantinya malah akan bersifat racun terhadap tubuh. Solusinya agar makanan tidak perlu dipanaskan kembali ya sobat coba memasak sesuai kebutuhan dan secukupnya saja. Berikut adalah 9 makanan yang tidak boleh dipanaskan kembali.
Baca juga: 4 Rekomendasi Kuliner Unik Hanya Ada di Jogja
1. Bayam
Salah satu jenis sayuran yang banyak mengandung zat besi yang dibutuhkan tubuh adalah bayam. Sayur bayam tidak boleh dipanaskan berulangkali karena sangat berbahaya akibat telah terjadi proses oksidasi antara sayur bayam dengan udara. Zat besi yang terkandung dalam bayam akan berubah menjadi senyawa ferro jika terlalu banyak bereaksi dengan udara. Zat ferro ini merupakan racun atau oksidan bagi tubuh sobat. Berharap dengan makan sayur bayam bisa menjadi antioksidan, ternyata jika sudah dipanaskan sama saja dengan memasukkan racun ke dalam tubuh kita.
Baca juga: 11 Nama Kuliner Asli Indonesia Yang Unik
2. Kentang
Menurut tenaga ahli kesehatan, jika kentang dipanaskan berulang-ulang akan menyebabkan timbulnya bakteri yang akan menyerang tubuh. Usahakan sobat memasak kentang sesuai dengan porsi untuk satu kali konsumsi dan langsung habiskan.
Baca juga: Aneka Ragam Menu Sate Dari Pulau Jawa
3. Jamur
Jamur merupakan bahan makanan yang dapat dijadikan masakan lezat jika dilakukan dengan pengolahan yang tepat. Namun, masakan dengan bahan dasar jamur ini tidak boleh dipanaskan berulang karena akan sangat berbahaya bagi tubuh. Jika dipanaskan, komposisi protein yang ada didalamnya akan dapat menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan.
4. Daging ayam
Seringkali daging ayam menjadi masakan yang dipanaskan berulang jika tidak habis dimakan. Hal ini sebenarnya tidak dianjurkan, karena komposisi protein yang terkandung didalamnya akan hilang, bahkan dapat menyebabkan masalah pencernaan. Menjadi lebih baik jika sobat ingin menghangatkan kembali daging ayam adalah memasukkannya ke microwave. Pastikan ayam tersebut bisa panas sampai ke bagian dalam tulangnya sebelum sobat menyantapnya.
5. Telur
Salah satu sumber protein terbaik adalah telur. Didalam telur terdapat kandungan vitamin A, kalsium, vitamin B6, dan juga B12. Banyak orang menyukai telur karena sebagai bahan makanan, telur mudah untuk diolah dalam waktu yang singkat. Tetapi telur yang sudah dimasak, dianjurkan untuk tidak dipanaskan kembali karena akan menimbulkan racun dan berbahaya bagi pencernaan.
6. Seledri
Seledri seringkali kita jumpai dalam masakan sup, karena dapat memperkuat aroma dan rasa masakan. Meski memiliki banyak manfaaf bagi Kesehatan, seledri ini tidak boleh dipanaskan ulang karena dapat menjadi racun. Hal ini bisa terjadi karena seledri ini seperti bayam, yang memiliki kandungan nitrat yang cukup tinggi. Jika terjadi pemanasan ulang, kandungan nitrat tadi akan berubah menjadi nitrit yang bersifat karsiogenik. Dan jika sobat mengkonsumsinya dapat menjadi penyebab timbulnya kanker.
7. Nasi
Makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia ini mirip dengan kentang yang mengandung banyak karbohidrat. Jika dibiarkan terlalu lama dan tidak disimpan dengan baik akan menyebabkan timbulnya bakteri Bernama Bacillus Cereus yang berbahaya bagi tubuh.
8. Santan
Masakan yang diolah menggunakan santan akan menjadi gurih dan nikmat, tetapi masakan tersebut tidak dianjurkan untuk dipanaskan ulang. Masakan bersantan jika dipanaskan akan membuat lemak yang terkandung didalamnya akan berubah menjadi lemak jahat. Lemak jahat inilah yang dapat memicu meningkatnya kadar kolesterol di dalam tubuh dan akan mengakibatkan kegemukan.
9. Olahan daging
Daging olahan yang dipanaskan berulangkali secara terus menerus akan menyebabkan lemak didalamnya menjadi lemak jahat. Jelas efeknya adalah kadar kolesterol meningkat dan gejala obesitas akan mengintai. Selain itu juga yang harus diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya penyakit jantung coroner. Jadi sobat perlu mengingat ya 9 makanan yang tidak boleh dipanaskan kembali ini.
**Editor: Ed Ward