Jakarta – Seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) berukuran besar terlihat muncul di pesisir pantai Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat belum lama ini. Penyu sekaligus reptil ini merupakan salah satu penjelajah terbaik di dunia karena memiliki jangkauan paling jauh.
Penyu belimbing merupakan yang unik di kalangan jenis penyu. Penyu ini memiliki panjang lengkung karapas 174 cm, lebar karapas 114 cm, dan lebar jejak 194 cm. Didapati tengah menggali lubang untuk bertelur di pantai Sungai Belacan, lokasi peneluran terpanjang di Indonesia.
Berbeda dengan penyu lain yang memiliki karapas yang keras, tulang cangkang penyu belimbing dibungkus kulit yang berlemak. Kemampuan menyelamnya juga menandingi paus penyelam yakni hingga kedalaman 1.200 meter.
Kehadiran penyu merupakan indikator lingkungan laut yang bersih. “Penyu mempunyai peran yang sangat penting dalam ekosistem laut. Keberadaannya menjadi salah satu indikator kesehatan suatu perairan,” ungkap Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, Pamuji Lestari di Jakarta.
Penyu belimbing memangsa hewan bertubuh lunak seperti ubur-ubur dan sejenisnya. “Kemunculan jenis penyu belimbing dengan ciri khas karapasnya yang berbentuk juring-juring seperti buah belimbing ini sangat jarang terjadi, apalagi rute jelajahnya yang sangat tinggi antar negara bahkan benua,” terangnya.
Sistem tubuhnya dapat mentolerir suhu dingin dan mengatur agar lebih hangat dari suhu sekitarnya. Kemampuan ini membuatnya dapat menjangkau wilayah yang sangat jauh dan berbeda dan habitatnya.
Kehadirannya penyu belimbing di Pantai Paloh ini menjadi kabar baik bagi petugas enumerator dari berbagai lemabaga. Mulai dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan para mahasiswa praktik kerja lapangan (PKL) Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Tanjungpura yang sedang melakukan monitoring dan pendataan penyu.
Mereka tengah melakukan pengamatan di kawasan yang memiliki panjang mencapai 63 km dan termasuk dalam kawasan konservasi daerah sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 93 Tahun 2020 tentang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Paloh dan Perairan Sekitarnya di Provinsi Kalimantan Barat.
Kepala BPSPL Pontianak, Andry Sukmoputro menyampaikan sebagai bentuk perlindungan dan pelestarian penyu, pihaknya telah melakukan kegiatan monitoring. Pendataan populasi penyu di Pantai Peneluran Penyu Paloh dilakukan sejak tahun 2016. Dengan berkolaborasi dengan WWF Indonesia melalui melakukan pendataan populasi oleh enumerator dan melaporkan hasilnya setiap bulan.
“Berdasarkan informasi tim di lapangan, penyu belimbing tersebut sayangnya tidak sampai pada fase bertelur, padahal sudah menggali lubang badan. Tim sudah berupaya meminimalisir gangguan sesuai SOP pemantauan, namun tampaknya faktor alam yang menyebabkan penyu tidak sampai pada fase bertelur,” ujar Andry.
Dalam pendataan penyu, enumerator melibatkan masyarakat lokal yang tergabung dalam kelompok masyarakat Wahana Bahari Paloh dan POKMASWAS Kambau Borneo. Tercatat bahwa penyu yang mendarat di Pantai Peneluran Paloh mencapai lebih dari 2.000 ekor tiap tahunnya dan didominasi oleh penyu hijau (Chelonia mydas).
Selain penyu hijau, terdapat pula penyu sisik (Eretmochelys imbricataI) dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea) yang mendarat. Hingga saat ini jumlah penyu yang telah mendarat mencapai lebih dari 1.000 ekor dan masih didominasi oleh penyu hijau. Kejadian penyu belimbing yang mendarat dengan kondisi hidup dan memeti (mencari tempat untuk bertelur) tersebut adalah yang pertama kalinya terjadi pada tahun 2021 di Pantai Peneluran Penyu Paloh.