Siapakah Soeharto?
Soeharto: Bapak Pembangunan – Siapakah Soeharto? Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, tetapi jawabannya jauh lebih kompleks daripada yang mungkin kita bayangkan. Soeharto, atau lebih dikenal dengan nama lengkapnya, Haji Muhammad Soeharto atau yang biasa kita kenal dengan Pak Harto, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia modern. Dia adalah seorang pemimpin yang kontroversial, yang menduduki kursi presiden selama lebih dari tiga dekade. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang kehidupan, karir, dan kontribusi Soeharto dalam sejarah Indonesia.
Masa Kecil Soeharto dan Pendidikannya
Untuk memahami sosok Soeharto, kita perlu melihat ke belakang ke masa kecil dan pendidikannya. Soeharto lahir pada 8 Juni 1921, di desa Kemusuk, Yogyakarta. Dia berasal dari keluarga petani yang sederhana. Masa kecil Soeharto diwarnai oleh kehidupan pedesaan yang keras. Pengalaman ini mungkin yang membentuknya menjadi seorang pemimpin yang tegas dan berkomitmen terhadap kemajuan ekonomi.
Pendidikan awal Soeharto juga sederhana. Ia hanya menempuh pendidikan dasar di desanya. Namun, tekadnya untuk belajar membawanya ke sekolah menengah di kota Yogyakarta. Pendidikan yang lebih tinggi adalah impian besar bagi Soeharto, dan dia berhasil masuk ke Sekolah Guru Bantu (SGA) pada tahun 1939. Di sinilah dia mulai mengasah kemampuannya dalam bidang kepemimpinan dan militer.
Baca juga: Mohammad Hatta: Seorang Proklamator dan Bapak Koperasi Indonesia
Istri dan Anak Soeharto
Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, yang lebih dikenal sebagai Ibu Tien, pada tahun 1947. Pernikahan mereka dikaruniai enam anak, yaitu Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek). Keluarga Soeharto memiliki peran yang signifikan dalam politik dan bisnis Indonesia.
Baca juga: Ir. Soekarno, Sang Proklamator: Perjalanan Panjang Menuju Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Karir Soeharto dalam Militer
Karir Soeharto dalam militer adalah salah satu aspek yang menonjol dalam perjalanan hidupnya. Setelah lulus dari SGA, dia bergabung dengan tentara PETA (Pembela Tanah Air) yang berjuang melawan penjajah Jepang selama Perang Dunia II. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Soeharto bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan menjadi bagian dari gerakan perlawanan terhadap Belanda.
Salah satu momen paling penting dalam karir militer Soeharto adalah ketika dia dipilih oleh Jenderal Nasution untuk memimpin Pasukan Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi TNI. Kemampuan kepemimpinan dan strateginya dalam memimpin pasukan membuatnya dikenal sebagai seorang pemimpin militer yang sangat kompeten.
Karir Soeharto dalam Politik
Setelah Indonesia merdeka, Soeharto tidak hanya menjadi seorang pemimpin militer yang sukses, tetapi juga terlibat dalam politik. Dia menduduki berbagai posisi penting, termasuk sebagai panglima militer di beberapa daerah. Namun, karir politiknya mencapai puncaknya ketika dia terlibat dalam Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965.
G30S adalah upaya kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer yang tidak puas dengan pemerintahan Presiden Soekarno. Soeharto adalah salah satu tokoh yang menentang kudeta ini. Dia berhasil memadamkan kudeta tersebut dan mengambil alih kendali yang pada waktu itu keadaan tidak kondusif. Setelah itu, Soeharto memimpin yang kita sebut “Orde Baru” atau “New Order”.
Baca juga: Koes Plus: Sebuah Perjalanan Panjang Melintasi Nada dan Waktu
Peran dan Kontribusi dalam Kemerdekaan Indonesia
Soeharto adalah salah satu dari sekian banyak pahlawan kemerdekaan Indonesia. Dia aktif terlibat dalam perjuangan melawan penjajah Jepang dan Belanda. Pada tahun 1949, setelah perundingan Roem-Royen, Soeharto memimpin pasukannya untuk merebut kembali Yogyakarta dari tangan Belanda. Keberhasilan ini dianggap sebagai salah satu tonggak penting dalam perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Baca juga: Kisah Seram, Misteri dan Ketegangan Dalam Dunia Supranatural Di Film Insidious
Soeharto Sebagai Presiden Republik Indonesia Kedua
Soeharto menjabat sebagai presiden Indonesia dari tahun 1967 hingga 1998, menjadikannya salah satu pemimpin terpanjang dalam sejarah negara ini. Selama masa kepresidenannya, Indonesia mengalami transformasi ekonomi yang luar biasa. Kebijakan ekonomi yang dikenal sebagai “Pembangunan Lima Tahunan” berhasil mengubah Indonesia dari negara agraris menjadi kekuatan ekonomi yang kuat di Asia Tenggara. Presiden Soeharto dan para Wakil Presidennya selama masa pemerintahannya adalah sebagai berikut:
1. Sri Sultan Hamengkubuwana IX (1973-1978)
Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Wakil Presiden dan menjabat dari tahun 1973 hingga 1978. Sri Sultan Hamengkubuwana IX juga merupakan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang pertama dan dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia.
2. H. Adam Malik Batubara (1978-1983)
Adam Malik menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Wakil Presiden dan menjabat dari tahun 1978 hingga 1983. Adam Malik adalah seorang diplomat berpengalaman dan juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Ia berperan dalam hubungan luar negeri Indonesia dan menjalankan tugas wakil presiden selama masa pemerintahan Soeharto.
3. Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah (1983-1988)
Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah menggantikan Adam Malik sebagai Wakil Presiden dan menjabat dari tahun 1983 hingga 1988. Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah adalah seorang ekonom yang berfokus pada kebijakan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia. Ia mendukung kebijakan pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintahan Soeharto.
4. Letjend (Purn) Sudharmono, S.H. (1988-1993)
Letjend (Purn) Sudharmono, S.H menggantikan Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden dan menjabat dari tahun 1988 hingga 1993. Letjend (Purn) Sudharmono, S.H adalah seorang politisi yang aktif dalam berbagai partai politik Indonesia. Ia memegang peran wakil presiden selama periode penting dalam sejarah Indonesia, termasuk pemilihan umum 1988 dan 1992.
5. Jenderal (Purn) Try Sutrisno (1993-1998)
Jenderal (Purn) Try Sutrisno adalah Wakil Presiden menjabat di bawah Soeharto, dari tahun 1993 hingga 1998. Jenderal (Purn) Try Sutrisno adalah seorang perwira militer yang memiliki pengalaman dalam berbagai posisi militer. Ia menjadi wakil presiden pada saat ketegangan politik dan ekonomi semakin meningkat menjelang pengunduran diri Soeharto.
Setiap Wakil Presiden yang menjabat di bawah Soeharto memiliki peran penting dalam menjalankan pemerintahan dan mendukung kepemimpinan Soeharto selama masa jabatannya. Masa pemerintahan Soeharto, yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade, menciptakan perubahan besar dalam sejarah Indonesia, baik dalam hal ekonomi maupun politik.
6. Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie (14 Maret 1998 – 21 Mei 1998)
Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Wakil Presiden menjabat di bawah Soeharto, dari tahun 14 Maret 1998 – 21 Mei 1998. Ia adalah orang di balik pembuatan prototipe pesawat N250 Gatotkaca dimulai pada tahun 1992. Pesawat pertama Indonesia ini dibuat dari latar belakang letak geografis Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau. Karena alasan itulah BJ Habibie saat itu terdorong untuk membuat pesawat terbang
Baca juga: Andrea Hirata Sang Pengarang Dan Penulis Sukses dari Pulau Belitung
Soeharto Dan Gelar Bapak Pembangunan
Soeharto sering dijuluki sebagai “Bapak Pembangunan” Indonesia. Gelar ini mengacu pada peran pentingnya dalam memimpin negara ini menuju kemajuan ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang besar. Program-program seperti transmigrasi, industrialisasi, dan peningkatan produksi pertanian telah membantu mengangkat jutaan orang Indonesia dari kemiskinan. Soeharto juga melakukan pembangunan di segala bidang seperti sekolah, puskesmas, industri strategis nasional dan jalan nasional, waduk, embung, dan berbagai pengendalian banjir perkotaan. Meskipun banyak pencapaian ekonomi dan infrastruktur di bawah kepemimpinannya, gelar “Bapak Pembangunan” juga menjadi bahan kontroversi.
Baca juga: Wisata Pantai Peyuyon Yang Tersembunyi Dan Keindahannya
Pemikiran Soeharto Untuk Indonesia
Pemikiran Soeharto untuk Indonesia tercermin dalam konsep “Pancasila,” yang merupakan ideologi dasar negara Indonesia. Pancasila menggabungkan nilai-nilai nasionalisme, demokrasi, kemanusiaan, keadilan sosial, dan ketuhanan yang maha esa. Soeharto sangat mendorong penyelenggaraan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dia meyakini bahwa Pancasila adalah landasan kuat bagi kesatuan Indonesia yang beragam.
Baca juga: Deretan Masjid di Indonesia Dengan Arsitektur Khas Tionghoa
Pengunduran Diri Soeharto Sebagai Presiden
Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998. Pengunduran dirinya terjadi setelah tekanan besar dari berbagai pihak, termasuk demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi politik dan ekonomi. Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Indonesia melalui pidato di televisi nasional. Dalam pidatonya, ia menyatakan alasan pengunduran dirinya sebagai respons terhadap situasi yang semakin sulit dan untuk mencegah potensi kerusuhan lebih lanjut.
Setelah pengunduran dirinya, Soeharto digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie). Bacharuddin Jusuf Habibie kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia yang ketiga dan mengawali periode reformasi politik dan ekonomi di Indonesia. Pengunduran diri Soeharto ditandai dengan perubahan besar dalam politik Indonesia. Era pemerintahan yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade itu berakhir, dan Indonesia memasuki periode baru yang ditandai dengan reformasi politik, demokratisasi, dan perubahan ekonomi yang signifikan. Meskipun kontroversial, pengunduran diri Soeharto merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Berikut adalah latar belakang dan detail pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden:
1. Krisis Ekonomi
Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang parah. Devaluasi mata uang rupiah, inflasi tinggi, dan kerusuhan ekonomi merugikan banyak orang. Masyarakat mengalami kesulitan ekonomi yang signifikan.
2. Protes dan Demonstrasi
Krisis ekonomi menciptakan ketidakpuasan yang merambat ke masyarakat. Demonstrasi dan protes mahasiswa dan aktivis pro-demokrasi meningkat, menuntut perubahan dalam pemerintahan dan sistem politik.
Baca juga: Mengenal Destinasi Wisata Ibu Kota Nusantara
Wafatnya Soeharto
Presiden Soeharto mengalami masalah kesehatan yang serius setelah pengunduran dirinya dari jabatan presiden. Pada tahun 2001, ia jatuh sakit dan mengalami serangkaian masalah medis. Beberapa masalah kesehatan yang dialami Soeharto termasuk gagal jantung dan gangguan pernapasan. Ia juga menjalani berbagai prosedur medis, selama masa sakitnya. Soeharto menjalani perawatan medis intensif dan dirawat di berbagai rumah sakit di Indonesia.
Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2008, di usia 86 tahun, di Jakarta, setelah berjuang melawan berbagai masalah kesehatan yang menimpadirinya. Dia dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah. Tak hanya Soeharto, tapi juga Tien Soeharto (Istri Soeharto), serta keluarga dan kerabatnya dimakamkan di kompleks permakaman tersebut. Makam Soeharto menjadi tempat ziarah bagi para pengagumnya.
Baca juga: 5 Fakta Terbaru Tentang Hiu Paus
Penutup Dari Artikel Mengenal Soeharto: Bapak Pembangunan
Soeharto adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah Republik Indonesia yang patut di hormati. Meskipun kontroversial, dia memberikan kontribusi dan jasa yang signifikan dalam pembangunan ekonomi dan stabilitas politik di Indonesia, negara tercinta kita ini. Untuk memahami sepenuhnya peran Soeharto dalam sejarah Indonesia, kita perlu mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan dan karirnya, mulai dari masa kecilnya yang sederhana hingga masa pemerintahannya yang panjang dan berpengaruh.